Amir Syarifuddin di Persimpangan Jalan

Setelah Partai Sosialis Amir Sjarifuddin  menyatakan diri bergabung pada PKI pada tanggal 27 Agustus 194. Mr. Amir Sjarifudin  yang pernah menjadi Menteri Penerangan RI yang pertama , Menteri Keamanan Rakyat / Pertahanan  yang pertama dan Perdana Menteri  yang kedua membuat pengakuan mengenai kesalahannya pada masa lampau sebagai berikut  :

Kita akui dan saya sebagai seorang komunis akui , telah menjalankan kesalahan dalam lapangan politik dan saya saya berjanji tidak akan menjalankan politik salah lagi , dan akan saya perbaiki selanjutnya ……..Orang bilang saya mesti digantung . Saya tidak takut , saya cukup melatih diri dalam penderitaan dan siksaan . Kalau saya harus dihukum gantung karena kesalahan politik , di zaman Republik ………..Saya akui telah menerima dari Van der Plas f 25..000,- tetapi saya jalankan itu karena Komintern telah menganjurkan kepada kami untuk kerjasama dengan kaum penjajah di dalam front bersama melawan fasisme ………Tetapi setelah Perang Dunia II selesai kaum komunis telah melepaskan kerjasama itu . Sekarang kami dari PKI tidak mengakui lagi “ Linggarjati ” , ” Renville ”dan Manifest Politik 1 November 1945 dan kami melepaskan politik kompromi dengan musuh  dan kami melepaskan politik kompromi dengan musuh . [1]

 

Partai Sosialis yang dipimpin  Amir Sjarifuddin juga mengeluarkan pernyataan yang mengakui kesalahan pada masa lampau . Ia menyatakan bahwa pada bulan Oktober 1945 Komunis Ilegal membentuk Partai Sosialis  Indonesia ( Parsi ) dan ini dianggap sebagai suatu kesalahan sebab komunis tidak akan mendirikan Partai Sosialis tetapi  mendirikan   suatu   Partai  Komunis . Ketika   Partai   Sosialis    Indonesia digabungkan dengan Partai Rakyat Sosialis , yang kemudian merupakan sayap kanan Partai Sosialis dibawah pimpinan Sutan Sjahrir .Penggabungan ini dianggap sebagai suatu kesalahan sebab  suatu partai yang  berdasarkan pada Marxist-Lenisme tidak akan bergabung dengan kaum reformist . Kesalahan yang lain adalah  memberikan  kepemimpinan Partai Sosialis fusi itu dipegang oleh sayap kanan . Koreksi diri dalam bidang organisasi mulai berhasil ketika Kabinet Sjahrir III jatuh pada bulan Juni 1947 dan dengan  diikuti keluarnya sayap kanan  dari Partai Sosialis pada bulan Februari 1948. Sedangkan kesalahan dalam bidang politik adalah mengadakan kerja sama dengan bangsa-bangsa imperialis dengan asumsi bangsa-bangsa imperialis dan anti-imperialis sedang melawan musuh bersama , sebagaimana terjadi di Eropah . Berdasarkan kejadian tersebut maka komunis di sini mendesak untuk bergabung dengan sosial reformist . [2]

 

Ketika Pemberontakan  PKI Madiun meletus pada tanggal 19 September 1948 . Pada tanggal 23 September 1948  , Amir Sjariduddin yang terlibat di dalamnya , mengucapkan pidato radionya  lewat Radio Gelora Pemuda yang  berbunyi  sebagai berikut:

Perjuangan yang kita sedang lancarkan di sini adalah tidak lebih dan tidak kurang daripada satu pergerakan untuk membetulkan evolusi revolusi kita . Oleh itu asasnya masih sama dan tidak pernah berubah . Mengikut pertimbangan kami revolusi kekal sebagai suatu yang bersifat nasional , yang boleh dinamakan sebagai revolusi borjuis demokrat . Perlembagaan kami masih lagi sama , bendera kami masih lagi berwarna merah dan putih , manakala lagu kebangsaan kami tidak lain daripada Indonesia Raya . [3]

 

Abu Hanifah  kawan akrab ketika  mondok di   Indonesiche Studieclub Gebouw   yang mendengar pidato Amir Sjarifuddin  yang diradiokan berkali-kali ,  menaruh rasa kasihan  kepada kawannya itu . Abu Hanifah merasakan bahwa pidato  tersebut ada nada-nada ada frustasi , kebingungan dan keputusasan . Pidato  tersebut  dianggap sama sekali bukan pidato seorang seorang pemimpin komunis yang fanatik dan terdidik . Ia tidak percaya kalau Amir Sjarifuddin , yang selalu membawa Injil kecil dalam sakunya adalah Komunis . Amir diduga sebagai seorang ‘ radikal –sosialis  atau nasionalis revolusioner  atau marxis tok . Abu Hanifah menganggap Amir Sjarifuddin adalah ‘seorang  pejuang yang kecewa dalam cita-citanya buat kemerdekaan  tanah airnya  ‘. Amir Sjarufuddin telalu banyak mengharapkan  dari manusia-manusia di sekelilingnya . [4]

Tetapi mengapa Amir Sjarifuddin  mengaku dirinya sebagai seorang Komunis . Selama ini orang mengenalnya sebagai seorang Kristen yang saleh  . Ketika  menjadi menteri penerangan dan menteri keamanan/pertahanan dikenal oleh jemaah Gereja HKBP Kotabaru ( Yogyakarta  ) sering memberikan khotbah pada hari Minggu . Mengapa ia berada di Madiun  . Mengapa semua ini terjadi ? Tulisan ini mencoba menelusuri perjalanan  tokoh kontroversial dalam hidupnya maupun dalam perjalanan bangsa Indonesia , yang menyebabkan Amir  Sjarifuddin berada di kota Madiun . Justru keberadaannya di sana telah mengantarkan nyawanya  untuk  dihukum mati .


[1] A.H. Nasution , Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia – Pemberontakan PKI 1947 , Jilid 8 ( Bandung , Disjarah AD dan Angkasa , 1979 ) , hal. 210 – 213.

[2] Kahin , Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia ( Kuala Lumpur  Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia , 1980 ) , hal. 342 – 343 .

[3] Ibid., hal. 363 .

[4] Abu Hanifah , ‘ Revolusi Memakan Anaknya Sendiri ,  Tragedi Amir Sjarifuddin , “ Prisma No. 8 , Agustus 1977 , Tahun VI , hal, 86 – 100 .


Klik Selengkapnya…..

2 pemikiran pada “Amir Syarifuddin di Persimpangan Jalan

  1. apakah betul AS komunis dan seorang oportunis? perlu kajian yg lebih mendalam dan objektif, terutama kalau melihat rekam jejak pemikiran, gerakan politik dan kehidupan pribadinya. Revolusi memakan anak kandungnya sendiri!

  2. satu tujuan Amir syarifudin adalah Indonesia merdeka dengan cara apapun karena kl melihat Indonesia saat itu mustahil menang perang militer dg belanda hampir seluruh kota strategis dikuasai Belanda, secara ekonomi Indonesia saat itu gk punya apa, hanya satu cara yaitu diplomasi dg dukungan negara pemenang PDII (amerika,Inggris dll), terwujudlah itu lewat perj Linggarjati(sjahrir& Amir Sjarifoedin).lewat inilah Indonesia merdeka berdaulat diakui International. Amir adlah simpatisan ajaran Sosialisme dan komunis tp bukan Komunis, simpatisan bukan berarti KOmunis.( sm saja mis: sya kagum dg ajaran Budha bukan berarti saya seorg penganut agama Budha), tp hal ini dahulu dipropagandakan agar terkesan AS adalah komunis. tidak ada peradilan yg menghukum AS saat itu gk adil kan?? sdgkn pejuang2 lain ketika dikatakan salah tp ada peradilan cth kartosuwiryo, ada jg seorg letkol di jogja dll, saya yakin kl AS diadili tidak mungkin AS dinyatakan salah krn Pembrontakan Madiun itu gk ada, Pak soeharto jg mengakui lwt laporannya ke Jend Soedirman. inilah politik, “REVOLUSI TELAH MEMAKAN ANAKNYA SENDIRI”

Tinggalkan komentar