Daendles, Raffles dan Kolonialisme

Meester in de Rechten Herman Willem Daendels

Dalam tulisan “Nasionalisme, Islamisme dam Marxisme“ (1926/1927) di Indonesia Muda, Soekarno menegaskan yang pertama-tama  perlu disadari adalah alasan utama para kolonialis Eropa datang  dan menjajah bangsa Asia selama berabad-abad bukan untuk menjalankan kewajiban luhur tertentu, tapi karena alasan ekonomi. Dalam pidato pembelaan Indonesia Menggugat, Soekarno menegaskan bahwa kolonialisme menyebar ke seluruh muka bumi yang mungkin membawa pengetahuan, perkembangan dan peradaban kepada bangsa-bangsa yang tertinggal. Tetapi bukan itu  tujuan dari kolonialisme. Tujuan dasarnya adalah keuntungan. Tahun 1800, VOC dibubarkan dan klaim wilayah di Nusantara  diserahkan kepada pemerintah Belanda yang secara bertahap mampu menganeksasi wilayah jajahannya selama hampir 200 tahun, tapi gagal mendominasi seluruh kerajaan yang ada di Nusantara ini. Di saat yang sama,  Raja Belanda melarikan diri ke Inggris untuk menghindari pasukan Napoleon tahun 1795. Tahun 1808, pemerintahan Napoleon di Belanda mengirim HW Daendles  menjadi Gubernur Jenderal di Jawa (1808 – 1811). Tindakan ini mengawali intensifikasi  bangsa Eropa yang berujung pada kekuasaan kolonial yang sebenarnya. Sebelum kedatangan Daendles, para penguasa Jawa di Surakarta dan Yogyakarta  menganggap VOC di Batavia sebagai Sekutu. Tetapi Daendles menyatakan bahwa monarki-monarki Jawa ini akan diperlakukan sebagai vasal kekuatan kolonial Eropa.

Daendles adalah pewaris intelektual Revolusi Perancis yang menentang tatanan feodal ancien regime. Menurutnya, para penguasa Surakarta dan Yogyakarta  adalah monarki feodal penindas  yang kekuasaannya harus dikekang. Para aristokrat Jawa senior lainnya – bupati – harus berperan sebagai mesin dalam rezim birokrasi  yang diperintah Eropa, bukan menjadi penguasa feodal terhadap rakyatnya. Ini adalah serangan radikal terhadap harga diri monarki feodal Jawa yang merasa dirinya adalah penguasa kraton yang independen dan bermartabat. Konflik ini menyulut perlawanan terhadap rezim Eropa  tahun 1810 yang dipimpin para bupati senior di wilayah kraton. Pemberontakan berhasil dipadamkan, Daendles pun bergerak menuju Yogyakarta  untuk menghukum Sultan Hamengkubuwono II yang dianggap bertanggung jawab di balik peristiwa ini. Sultan Hamengkubuwono II dipaksa turun tahta dan digantikan dengan putranya Sultan Hamengkubuwono III (1810 – 1811, 1812 – 1814).

Selanjutnya…..

Satu pemikiran pada “Daendles, Raffles dan Kolonialisme

  1. Ping balik: Daendles, Raffles dan Kolonialisme – Serikat News

Tinggalkan komentar