Soekarno dan Konferensi Asia Afrika 1955

Sesudah Perang Dunia II konfigurasi politik dunia ditandai oleh munculnya dua kekuatan raksasa dunia yang saling bertentangan, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua kekuatan raksasa itu masing-masing mempunyai sistem politik dan bentuk pemerintah yang berbeda. Kedua kekuatan itu saling bertentangan dan berlomba-lomba menyusun dan mengembangkan kekuatannya baik secara politis maupun militer meliputi pengembangan senjata nuklir. Situasi pertentangan itu disebut Perang Dingin. Tiap-tiap pihak menuntut supaya semua negara di dunia ini menjatuhkan pilihannya kepada salah satu blok itu. Tidak “ pro ” sudah dianggap “ anti ”, sedangkan sikap netral dikutuk.

 

Dalam waktu singkat, ketegangan antara blok kapitalis pimpinan Amerika Serikat dengan blok komunis di bawah pimpinan Uni Soviet tidak hanya terbatas di Eropa, melainkan meluas ke wilayah-wilayah lain termasuk Asia Timur. Di Cina, misalnya, permusuhan antara kelompok nasionalis dan komunis yang telah berlangsung sengit di negeri itu mencapai puncaknya ketika pada tahun 1949 pemerintah nasionalis Koumintang di bawah pimpinan Chiang Kai shek kalah dan melarikan diri ke Taiwan Pemerintah Cina Daratan-pun diambil alih dan dikuasai oleh kelompok komunis di bawah pimpinan Mao Zedong. Kemenangan kelompok komunis ini amat mengecewakan Amerika Serikat sebab selama ini pemerintahan Chiang Kai-shek mendapat dukungan yang amat kuat dari Washington.

 

Sementara itu, dalam waktu setahun setelah pengambialihan kekuasaan di Cina oleh kelompok Komunis, yakni pada tahun 1950, Korea Utara yang juga komunis memutuskan untuk menginvasi Korea Selatan yang antikomunis. Dalam upaya mempertahankan kedaulatan wilayahnya dan mengalahkan musuhnya itu, Korea Selatan dibantu oleh Amerika Serikat, sementara Korea Utara mendapat dukungan dari Uni Soviet maupun Cina. Setelah berlangsung selama tiga tahun, ternyata tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah. Pada tahun 1953, Perang Korea pun berakhir, tetapi bukan dengan perjanjian damai atau surat penyerahan diri dari pihak yang kalah, melainkan hanya dengan gencatan senjata, sebagaimana hal itu berlaku sampai hari ini.

 

Tidak pelak lagi, kemenangan kelompok komunis di Cina Daratan berikut Perang Korea membuat pemerintah Amerika Serikat menjadi gemetar sekaligus sadar bahwa komunisme tidak hanya merupakan ancaman bagi pengaruh kepentingan kapitalis di Eropa Barat, melainkan juga di Asia, termasuk Asia Tenggara. Berkaitan dengan ancaman komunisme di Asia Tenggara ini sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat semakin yakin pada apa yang disebut sebagai “ teori domino “. Berdasarkan teori ini mereka berpendapat bahwa bila satu negara, khususnya di Asia Tenggara, jatuh ke tangan komunis, hal itu akan disusul dengan jatuhnya negara-nregara tetangga ke tangan yang sama.

 

Sebagai salah satu upaya jangan sampai “ efek domino “ ini menjadi kenyataan, pada tahun 1954 Amerika Serikat memprakarsai dibentuknya suatu pakta pertahanan militer bersama negara-negara Asia Tenggara yang disebut South East Asia Teeaty Organization (SEATO). Sebagaimana NATO, organisasi ini juga dimaksudkan oleh Amerika Serikat untuk membendung pengaruh Uni Soviet dan komunisme pada umumnya, dalam hal ini di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menolak menjadi anggotanya.

 

Meskipun pada prinsipnya Perang Dingin tidak melibatkan konflik militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet secara langsung, dalam prakteknya Perang Dingin melahirkan perang berkepanjangan antara pihak-pihak yang didukung oleh kedua negara adidaya tersebut. Hal ini tampak amat jelas alam tragedi Perang Vietnam, di mana Amerika Serikat terlibat dari tahun 1964 – 1975. Ada lebih dari 58.000 tentara Amerika Serikat yang tewas dalam perang itu, sedang di pihak Vietnam jumlah korban tewas mencapai sekitar dua juta orang. Meskipun dengan jumlah korban tewas mencapai sekitar dua juta orang. Meskipun dengan jumlah total korban perang yang begitu besar, pihak komunis memenangkan perang, dan pada tahun 1975 dengan perasaan getir Amerika Serikat harus angkat kaki dari Vietnam.

 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa selama Perang Dingin usaha-usaha Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menarik negara-negara Asia Tenggara ke kubu masing-masing juga dilakukan terhadap Indonesia. Kenyataan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki letak yang strategis tetapi juga kaya akan sumber daya alam membuat kedua kubu Perang Dingin tertarik untuk memiliki sebanyak mungkin pengaruh (kalau bukan kontrol) atas negeri yang baru merdeka ini.

 

Selanjutnya…..

Satu pemikiran pada “Soekarno dan Konferensi Asia Afrika 1955

  1. ass.wr.wb

    pak saya mau baca semua tulisan bapak, dan saya mau diskusikan semua sama kawan-kawan,, kalau mau undang bapak ke riau,, kota tembilahan kabupaten indragiri hilir.. sebuah kota yang kecil dan jauh dari jakarta..

Tinggalkan komentar